My words:

Foto saya
Enjoy the little things in life. For one day you'll look back and realize they were the big things.
Welcome and happy reading^^

Selasa, 15 Mei 2012

Cerpen: The past

25 Desember 2009

Yeah! I'm so happy!
Aku seneng hari ini. Dia nembak aku. Ya! Kevin! Oh God, ini bukan mimpi kan? Ah, seandainya mimpi mungkin aku gak akan mau bangun. Dengan lagu karena kamu cuma satu milik Naif, dia berhasil membuatku tergila-gila. Yap, 25 Desember<3

****

Lembaran terakhir di buku harianku sejak 7 bulan yang lalu. Tidak terlalu panjang namun cukup mengingatkanku pada laki-laki itu. Laki-laki yang dulu pernah tinggal dihatiku hmm maksudku bukan dulu tapi sampai saat ini.
Dia... Kevin Radhitya.

Sosok yang namanya masih terukir dihatiku, menetap dan mungkin tak bisa keluar.

Aku mencintainya. Masih mencintainya.
Sekali pun ia sudah pergi, meninggalkanku entah kemana tapi kisah kita masih ku simpan. Dalam memori hatiku. Ya, itu janji ku padanya waktu dulu.

3 bulan yang indah...

------------------------------------------------------------

Taman ini sepi. Memang sudah sepi sejak dulu. Sejak pertama kali aku dan Kevin datang. Disini, tempat dia menyatakan semuanya. Sesuatu yang membuatku seakan terbang.

"Aku sayang sama kamu. Kamu mau jadi pacar aku?"katanya sesudah menyanyikan lagu Karna Kamu Cuma Satu.

Sederet kata-kata itu masih terekam jelas dalam ingatanku. Suara nya, petikan gitarnya, ekspresi wajahnya.

Aku...merindukannya.

Sejak aku keluar dari rumah sakit, ia menghilang. Disaat aku ingin membagi kebahagiaanku karna aku mendapat donor ginjal ia malah pergi.

4 bulan yang lalu, saat keadaan ku mulai parah dan masuk rumah sakit ia terus menemaniku. Memberi aku semangat untuk sembuh. Membantu keluarga ku mencari donor ginjal untukku.

Setelah kenyataan pahit ini, sahabatku selalu bilang Kevin hanya mempermainkan ku, Kevin tidak serius dengan ku, dan aku disuruh melupakan Kevin.
Hei! Itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Semua itu sungguh sulit. Melupakan kenangannya saja sudah susah, apalagi menghilangkan rasa ku untuk nya?

Tapi kadang aku merasa Kevin ada disampingku. Menemaniku dengan kasihnya.
Dan satu yang ku yakini, cintanya tetap untukku. Semoga...

------------------------------------------------------------

"Shill, kenapa sih? Bengong mulu! Mikirin siapa lo? Kevin?"tanya Lea sinis.

Aku memandang lirih kehadapan sahabatku.

"Ya ampun Shill, dia tuh udah ninggalin lo gitu aja. Ngegantung lo"tambah Via.

"Lupain aja sih..."kata Lea.

"Lo semua gak ngerti! Jangan sok tau! Gue yakin Kevin gak mainin gue! Dia sayang sama gue!!!"bentakku lalu pergi meninggalkan kedua sahabatku.

Aku tau sikapku kali ini sudah keterlaluan, tapi aku tidak tahan! Aku benci. Aku masih yakin Kevin tidak meninggalkanku, tapi mengapa mereka selalu bilang seperti itu?

------------------------------------------------------------

Aku mengusap tetesan butiran bening yang mengalir deras di pipiku. Perasaan seperti ini datang lagi. Entah sudah berapa kali aku merasa sesak.

Aku ingin bertemu dia. Melihat wajahnya, mendengar suaranya, tau keadaannya, menanyakan kabarnya, aku...ingin memeluknya seperti dulu.

Hangat peluk itu. Yang dulu selalu ia berikan untukku. Kini hilang seperti ditelan waktu.
Kerinduan yang dulu selalu terbalas, kini? Hanya aku yang terlalu berharap akan dibalas. Dia tidak lagi. Dia telah hilang. Dia...aku mencintainya...

Jujur, aku lelah. Lelah menangis, lelah merindukannya, lelah mendengar ucapan Via dan Lea, tapi satu... Aku tidak akan pernah lelah mencintainya...

------------------------------------------------------------

'Kau yang paling setia
Kau yang teristimewa
Kau yang aku cinta
Cuma engkau saja

Dari semua pria
Aku yang juara
Dari semua wanita
Kau yang paling sejiwa

Dengan mu semua air mata
Menjadi tawa suka ria
Akankah kau selalu ada
Menemani dalam suka duka

Dengan mu aku bahagia
Dengan mu selalu ceria
Janganlah kau berpaling dariku
Karena kamu cuma satu
Untukku...

Kau satu-satunya
Dan tak ada dua
Apalagi tiga
Cuma engkau saja

Denganmu semua air mata
Menjadi tawa suka ria
Akankah kau selalu ada
Menemani dalam suka duka

Denganmu aku bahagia
Denganmu semua ceria
Janganlah kau berpaling dariku
Karena kamu cuma satu
Untukku...'

Aku tersenyum. Sekali lagi tetap tersenyum. Lagu itu telah berkali-kali ku putar ulang. Bersama kerinduan ini, ku biarkan lagu itu mengalun indah. Membuatku merasakan cinta Kevin masih untukku. Ya! Itu yang selalu aku rasakan saat mendengar lagu itu.
Entah hanya harapanku saja atau memang seperti itu nyatanya.

Aku menatap gelang ini. Gelang dari kayu berwarna cokelat. Gelang yang selalu menetap dipergelangan tangan kiri ku dan -mungkin- yang satunya masih menetap dipergelangan tangan kiri Kevin.


"Aku pake satu, kamu pake satu ya. Biar kamu tetep inget aku, aku juga tetep inget kamu. Gak boleh dilepas loh, apalagi rusak. Janji ya Shill?"

"Iya aku janji..."


Semua itu! Ah, aku tidak kuat. Aku benar-benar lelah kali ini. Tuhan, adakah cobaan lain yang lebih ringan dibandingkan ini? Aku rindu dia Tuhan, aku cinta dia...

------------------------------------------------------------

Kalau difikir, aku bodoh terlalu menginginkan dia kembali. Aku bodoh menangisi dia yang belum tentu menangisi aku juga. Ah, jangankan menangisi, memikirkanku saja itu rasanya mustahil.

Tapi... Aku rasa semua itu memang pantas ditangisi. Ah! Aku tidak mengerti apa yang aku rasakan. Apa yang aku pikirkan. Apa yang aku inginkan.
Semua itu terlalu bias untuk ku mengerti. Ini tidak nyata! ya... ini bayangan, ini mimpi. Karna yang ada di dunia nyataku, Kevin tetap disampingku. Menemaniku dan tidak akan pernah membiarkan aku kecewa, lalu menangis.

"Mata sembab. Nangis lagi?"tanya Aldy.

"Kelihatannya?" dengan reflek bibirku tersenyum getir.

"Kelihatannya sih emang nangis. Kenapa? Inget Kevin?"

Aku menggeleng pelan.

"Nggak, cuma mikir kenapa Kevin pergi. Kebawa suasana sunyi, akhirnya nangis. Haha lebay ya gue"jawab ku lalu mengusap -lagi- wajahku. Memastikan bahwa air mata itu sudah benar-benar hilang dari kedua mataku.

"Walaupun lo hapus air mata lo, tetep aja kelihatan Shill. Mata gak bisa bohong"ujar Aldy.

"Iya, mata gak bisa bohong. Hati gue juga gak bisa bohong kalo gue masih sayang Kevin. Gue...kangen dia"lirihku.

"Gue ngerti"Aldy menarikku ke pelukannya. Mendekap erat tubuhku. Dan aku biarkan air mataku membasahi kemeja yang Aldy pakai.

Hanya Aldy yang mengerti perasaan ku. Ya, hanya dia. Bukan Lea, bukan Via, bukan mereka, bukan semuanya.

"Dy, lo sahabatnya Kevin. Lo pasti tau kan dia dimana? Pliss Dy, kasih tau gue"pintaku sambil terus menangis. Meyakinkan kepada Aldy bahwa aku benar-benar mencintai sahabatnya.

"Gue gak tau Shill"jawab Aldy pelan.

"Lo bohong Dy. Lo pasti tau. Ya kan? Lo tau kan? Ayolah Dy, bantuin gue buat kali ini aja. Gue cuma pengen lihat dia..."

"Ah ya, seandainya nanti Kevin bilang kalo dia sengaja pergi ninggalin gue karna udah gak sayang, gue rela kok pergi dan jauhin dia. Karna yang gue pengen, lihat keadaan dia aja. Minta penjelasan dia. Udah itu aja. Pliss Dy..."lanjut ku kacau.

Perasaan ku tak lagi bisa ku ungkapkan dengan kata-kata. Aku sendiri terlalu sulit untuk mengartikannya. Aku merasa kehilangan setengah dari nyawa ku. Setengah nyawaku itu pergi, melayang jauh tanpa mau kembali. Ya, dia Kevin. Setengah nyawaku lah Kevin...

"Gue gak tau Shill. Beneran gak tau. Mending sekarang lo lupain Kevin..."


Aku mendongak kaget. Ternyata Aldy sama. Tidak mengerti ku sama sekali. Mereka sama, tidak tau apa yang aku rasakan. Kali ini, rasa kecewa ku bertambah. Semuanya bercampur aduk dalam fikiranku. Lea, Via, Aldy dan lainnya. Mereka tidak sungguh-sungguh membantu ku...

"Lo sama aja!"

Aku beranjak dari dudukku lalu pergi meninggalkan Aldy di pinggir danau. Hanya dalam hitungan detik, air mataku turun lagi. Tetes demi tetes...

"Shilla! Shilla!"samar-samar ku dengar Aldy berteriak memanggil nama ku.

Aku tidak peduli. Dia sendiri yang membuatku tidak nyaman dan memilih pergi.

Tuhan...aku lelah.

------------------------------------------------------------

BRUK!!

Aku membanting pintu kamar ku lalu menguncinya. Dan setelah itu, aku jatuhkan tubuhku diatas kasur. Aku menangis lagi dan lagi. Iya! Aku cengeng. Aku lemah.

Hari ini cukup melelahkan. Hei bukan, tapi memang setiap harinya sungguh melelahkan untukku. Bagaimana tidak? Setiap hari aku harus menanggung kerinduan yang teramat dalam untuknya, menangis untuknya. Ah ya, itu mungkin sudah takdir untukku. Tapi, aku tidak menyesal... Mencintainya adalah suatu anugrah untukku.

"Shilla, kamu kenapa nak?"Mama berteriak dari luar. Pasti karna tadi mendengar bantingan pintu kamarku dan melihat aku menangis walau hanya sekejap.

Aku diam. Aku tidak ingin bicara. Aku yakin mereka akan menjawab dengan kata yang sama "lupain" ya, kata-kata itu yang selalu aku dengar.

"Shilla, sayang... Buka dong nak. Cerita sama mama"pinta mama.

Mendengar ucapan seperti itu, air mataku semakin terpancing untuk turun lebih banyak lagi. Mereka menawarkan diri untuk mendengar ceritaku, tapi nyatanya.... mereka tidak membantu sama sekali.

"Shill, buka sayang"pinta mama -lagi-.

"Yaudah kalo kamu belum mau cerita. Mama selalu tunggu kamu buat cerita ya sayang..."ujar mama.


Lalu keadaan menjadi hening, sesekali terdengar isakan dari ku.

Waktu berjalan begitu cepat. Tanpa aku sadari, bahwa sebenarnya kisah ku dan Kevin sudah seperti ini akhirnya.
Aku terlalu menikmati detik demi detik saat-saat yang aku lewati bersama Kevin tanpa tau perpisahan sedang menunggu aku dan dia di ujung cerita.

Waktu perkenalan yang begitu singkat, waktu pacaran yang juga singkat tapi berhasil menimbulkan rasa yang tidak cukup waktu singkat untuk menghilangkannya.


Kevin... dimana pun kamu dan bagaimana pun kamu, aku tetap seperti ini. Tidak akan berubah. Terlebih pada perasaan ku yang selalu untuk selamanya tetap mencintaimu. Dengan tulus, tanpa meminta lebih dari kamu yang sebenarnya. Aku...merindukanmu...

------------------------------------------------------------

"Hai Shill, apa kabar? Aku kangen kamu. Kangen bangeeettttt. Oh iya, aku lihat kamu nangis terus ya? Inget aku? Maafin aku Shill, aku gak bermaksud bikin kamu nangis. Kamu boleh benci aku, kamu boleh lupain aku. Aku rela, karna emang aku yang salah. Ninggalin kamu tanpa kepastian. Maaf ya sayang. Mulai saat ini, jangan pernah keluarin air mata kamu buat aku. Aku gak mau. Oke? Janji ya Shill? Aku sayang kamu."


Aku terbangun tiba-tiba. Perasaan ku tegang. Aku menoleh sekelilingku, tidak ada yang beda. Ini kamar ku.

Mimpi tadi...
Itu suara Kevin! Iya! Itu Kevin.

"Kevin! Kevin!"panggil ku lalu beranjak dan memutari kamarku.

"Kamu ada disini kan? Yakan? Kamu disini kan?"tanyaku yang sepertinya tidak seorangpun menjawab.

Aku menatap jam berwarna pink di dinding kamarku.

Pukul 02.15.
Tengah malam. Tidak mungkin Kevin ada disini. Sungguh mustahil.
Aku merebahkan tubuhku diatas kasur.
Hanya mimpi. Ya! Hanya mimpi.

Tanpa aku perintahkan, butiran bening itu mulai keluar dari tempat persembunyiannya.
Ya haha, hanya ini yang bisa aku lakukan walau aku tau menangis hanya akan membuat aku semakin lelah.

Aku terlalu menginginkan ini hanya mimpi. Bagaikan mimpi milik orang mati yang pastinya tidak akan pernah terbangun. Terus berjalan, menyusuri kehidupan yang semakin lama semakin gelap. Kelam.

Tapi, setelah aku melihat nyatanya semua ini makin terlihat buram. Aku tidak yakin bisa melewatinya tanpa dia...

Detik demi detik yang ku hadapi rasanya semakin mengejekku, memaki ku karna hingga saat ini bayang Kevin masih menari-nari dianganku.

Jujur, tidak ada niat untuk melupakannya... Menghapus ukiran nama Kevin dihatiku pun aku tak pernah mau. Tapi sepertinya itu malah membuatku semakin terhantui mimpi tentangnya.

Apa yang harus aku lakukan? Ah aku tidak tau, bahkan sama sekali enggan untuk memikirkan itu.
Aku terlampau merelakan otak bahkan seluruh hatiku untuk memikirkan dia, Kevin...

------------------------------------------------------------

Embun menetes didedaunan, udara sejuk mulai terasa. Semilir angin mencoba menganyun helai demi helai rambutku. Matahari mulai menampakkan dirinya.
Pagi telah datang...

Hari ini, tak secerah saat Kevin disini. Tetap gelap, seakan mewakili perasaanku belakangan ini. Ah aku menyerah! Menyerah untuk memimpikan Kevin kembali.

Tapi tidak bisa ku pungkiri, hatiku belum menyerah. Aku masih tetap mencintainya, bahkan terus bertambah...

"Shill, kamu gak berangkat? Katanya ada kuliah pagi?"tanya mama dari luar kamar.

Aku menarik nafas berat.

"Iya mah, ini mau mandi..."

------------------------------------------------------------

Lampu merah membuatku mengerem mobilku bersama mobil-mobil lain yang ikut berhenti.

Untuk menghilangkan sepi, mataku memperhatikan anak-anak kecil yang berlarian dengan baju tidak layak pakai.

"Now I sit all alone
Wishing all my feeling was gone
I gave my best to you
Nothing for me to do"
(Brian Mcknight-One Last Cry)


Aku terdiam. Sesak langsung saja menyelimuti dadaku. Lagu di radio seakan menyindirku. Aku menarik nafas perlahan, mencoba menahan air mataku.

Namun gagal, tanpa aba-aba butiran itu mulai mengaliri pipiku. Andai dia disini...
Ya hanya kata andai yang bisa keluar dari mulutku, tidak bisa jadi nyata.

Air mataku mulai berlomba-lomba untuk keluar lebih banyak dari tempat persembunyiannya.

Aku benar-benar lelah kali ini. Ah! Sudah berapa kali aku mengucapkan kata lelah namun nyatanya aku masih nekat saja menginginkan dia kembali. Itu mustahil! Buktinya, hingga saat ini dia tak juga datang.

Jangankan datang, tersenyum untukku saja hanya sekedar harapan.

"Tinn tinn!"suara klakson kendaraan lain dibelakangku memecah lamunanku. Menyadarkan aku akan air mata yang sejak tadi sudah turun semakin deras.

Dengan cepat, aku langsung menggas mobilku. Meninggalkan kendaraan lain yang sudah tidak sabar ingin melaju juga.

Tuhan, buang dia dari pikiranku. Aku hanya ingin tenang...
Aku hanya ingin terlepas dari angan yang entah sampai kapan hanya membuatku menangis.......

------------------------------------------------------------

"aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa"

Aku menutup wajahku lalu duduk dikursi taman ini.
Munafik jika aku bilang aku ingin melupakannya, karena yang aku ingin hanya melihat wajahnya lagi.

Apakah dia membenci ku? Untuk datang ke mimpiku saja dia tak pernah lagi. Benarkah ia sudah melupakan aku? Yakin kah dia bisa secepat itu memusnahkan aku dalam hatinya?

Semakin waktu berlalu, aku semakin mencintainya. Semakin aku coba untuk melupakan, bayang wajahnya semakin terlintas di pikiranku.

Tuhan bantu aku. Aku tidak tau harus berbuat apa...
Karena yang aku tau, sejak dulu, sekarang, dan entah sampai kapan rasaku masih bertahan disini... Dihatiku...

"Shill..."

Aku menoleh dan mendapati sosok Aldy sedang tersenyum ke arahku.

Dengan cepat, aku hapus air mataku. Dan tiba-tiba ia sudah berada disebelahku.

"Ngapain dihapus sih Shill? Mau keliatan tegar? Mau keliatan kuat juga? Aduh please ya Shill fake smile lo keliatan banget! Sedih ya sedih aja, gak usah nutup-nutupin yang ada lo malah tambah sakit!"ujar Aldy.

"Ngapain lo kesini? Mau nyuruh gue buat lupain Kevin? Iya? Tenang aja, mulai saat ini gue bakal coba buat lupain dia kok!"kataku sinis.

Ia menoleh lalu mengerutkan dahinya. Ku rasa ia bingung mendengar ucapanku yang tiba-tiba berubah seperti tadi.

"Gak usah lupain dia..."sergah Aldy cepat.

"Dia gak pernah lupain lo, Shill. Dia sayang sama lo, malah banget..."lanjut Aldy yang membuatku semakin bingung.

"Apa sih maksud lo? Waktu itu lo nyuruh gue buat lupain dia! Sekarang? Lo bilang kalo dia sayang banget sama gue. Hahaha kayak gitu sayang? Gue baru tau loh cara nunjukkin sayang ke seseorang itu dengan cara menghilang gak ada kabar!"kataku kesal.

Aku menutup wajahku, aku tak ingin air matakku turun lagi. Karena mulai saat ini, aku berjanji untuk tidak mengingatnya lagi, untuk tidak menangisi dia lagi.

Kali ini aku sadar, munafik untuk kebahagiaan orang yang aku sayang itu lebih baik dibanding harus memohon agar dia kembali demi kebahagiaan ku sendiri.

"Ada sesuatu yang kita sembunyiin dari lo. Dan gue yakin, ini waktu yang tepat buat ngasih tau ke lo"jawab Aldy.

Aku terdiam, diam-diam air mataku kembali turun membasahi pipi dan telapak tanganku yang sejak tadi menutupi wajahku.

"Kevin meninggal..."

Mendengar kata-kata itu, dadaku seakan terjatuhi suatu benda tajam. Telinga ku seperti mendengar gemuruh yang amat membuatku kaget.

Tuhan, apalagi ini...

"Gak usah bercanda..."kataku cepat.

"Gue gak bercanda!"

"Dia yang donorin ginjalnya untuk lo, Shill. Mati-matian dia berusaha dapet izin dari orang tuanya. Tapi setelah dia beneran donorin ginjalnya untuk lo, keadaan dia memburuk. Dokter bilang, ternyata fisik dia gak kuat. Dia gak bisa hidup dengan satu ginjal. Makanya itu, dia pergi Shill sebelum lo bangun dari operasi lo..."

"Maafin gue, Via, Lea, dan semuanya yang selalu nyuruh lo buat lupain dia. Kevin minta, lo disuruh ngelupain dia dulu baru kita boleh ngasih tau semuanya ke lo. Tapi setelah gue lihat, kayaknya lo malah semakin kesiksa gara-gara gak bisa lupain dia. Dan gue putusin, buat ngasih tau lo sekarang..."

"Jadi, gue yang ngebuat dia pergi? Semua rasa sakit yang gue rasain dari kemarin gak sebanding sama rasa sakitnya Kevin. Gue harus ngelakuin apa Dy, untuk ngebales semua yang Kevin kasih ke gue?..."Aku menangis tak tertahan. Hatiku sakit mendengar semuanya. Betapa bodohnya aku membuat orang yang aku sayang pergi dengan cepat.

"Dari Kevin.."Aldy memberikan sebuah kertas berlipat dari sakunya.

Aku menghapus air mataku lalu dengan cepat aku ambil dan aku buka.


Teruntuk malaikat cantikku,
Ashilla...

Hai Shill...gimana? Udah bisa lupain aku kan? Hehe, gapapa kok asal itu cara terbaik supaya kamu gak nangis lagi. Maaf ya Shill, aku pergi disaat kamu lagi seneng-senengnya karna udah sembuh.
Dengan satu ginjal aku yang sekarang ada ditubuh kamu, itu berarti aku selalu ada disamping kamu. Aku akan jagain kamu, walaupun aku udah gak keliatan. Aku sayang sama kamu. Aku gak mau kehilangan kamu, dan aku lebih milih ngerelain nyawa aku asal bukan kamu yang pergi.
Inget ya Shill, cari cowo harus yang baik! Yang bisa sayang sama kamu kayak aku sayang sama kamu. Aku gak mau kamu disakitin!
Udah dulu ya Ashilla ku, aku pergi. Jaga ginjal aku ya sayang. Love you ♥

Kevin Radhitya ☺

Aku tersenyum getir. Entah sudah seberapa deras air matakku yang turun sejak Aldy memberitahu semuanya.

Makasih ya Vin buat semua waktu yang gak akan aku lupain, buat pengorbanan yang gak pernah bisa aku bales. Kamu emang udah gak ada disini Vin, tapi kamu tetap hidup diantara aku sama orang-orang lain yang sayang sama kamu. Maafin aku ya, Vin. Kalau pun bisa, aku mau gantiin posisi kamu disana. Dan saat nanti aku bersanding sama orang lain, kamu pasti yang tetap utama buat aku. Aku sayang kamu...


---------------------